Friday, 29 December 2017

Cerpen; Bukan Lagi Rumahku

Cerpen (Apresiasi) Serambi, 26 November 2017
Oleh Ramli Cibro
Jam 2 malam acara usai. Para tamu kemudian pulang ke rumah masing-masing. Aku masih menunggu. Karena seingatku dulu tempat ini adalah rumahku. Dimana aku selalu merasa nyaman berada di dalamnya. Di tempat aku menghabiskan umurku yang tidak sedikit. Di tempat aku mengukir suka dan duka. Di tempat aku pertama kali mengenal apa itu jatuh cinta.
Jam 2 malam acara sudah usai. Aku masih duduk di kursi tamu, menunggu, walau tidak tahu apa yang harus kutunggu. Aku hanya merasa harus menunggu.Sampai kemudian beberapa orang santri melipat kursi-kursi tamu. Mereka semakin mendekat ke arahku. Sebagian ada yang berbisik seperti enggan. Aku tahu, mereka menungguku untuk bangkit berdiri, supaya kursi yang kududuki segera dilipat untuk dirapikan. Dan Akupun berdiri lalu pergi.

MAULID DALAM PREPEKTIF FILSAFAT KENABIAN

Ramli Cibro
Sesuai dengan judulnya, tulisan ini bukan hendak membedah tradisi Maulid dari prespektif dalil fikih. Namun, tulisan ini ingin melihat maulid dari sudut pandang yang tidak biasa, yaitu sudut pandang filsafat, khususnya Filsafat Kenabian. Kajian ini ingin memperkenalkan modifikasi maulid dalam filsafat kenabian dalam narasinya sebagai “Kebenaran” dan dalam prakteknya sebagai “Kehadiran.”
Pada mulanya filsafat kenabian hanya mengacu pada urgensi Nabi sebagai utusan pilihan dan posisi intelektual Nabi dalam kaitannya dengan ‘aql fa al (active intellect). Namun disini, kajian akan diarahkan kepada bagaimana melihat urgensi “Kehadiran Nabi” dalam kehidupan aktual seorang Muslim. Atau lebih jauh lagi, bagaimana mengupas pandangan Filsafat Kenabian atas tradisi Maulid sebagai upaya untuk menghadirkan spirit dan ruh Baginda Rasul SAW dalam prespektif imanensi kenabian.