Friday, 12 August 2016

REVIEW BOOK; ACEHNOLOGI


Buku Acehnologi Kamaruzzaman Bustamam Ahmad

Oleh : Ramli Cibro (Ustadz Pensiun)

Book Review
Aceh-Studies; Dari Historis Ideologis menuju Fenomenologi – Irfani.
Penulis : Kamaruzzaman Bustamam – Ahmad. Acehnologi, Banda Aceh, Bandar Publishing, 2012, ix + 357 pages.
Abstract:
Kajian tentang ke-Aceh-an entah disengaja atau tidak telah menjadi semacam kajian-konflik, perang ideologi dan kekerasaan. Bahasa Aceh Studies, dimulai sejak Snouck Horgonje, Dennys Lombard, Antony Reid, generasi pascakemerdekaan seperti Ali Hasyimi, Muhammad Said dan lain-lain, hingga hari ini Oto Iskandar selalu berbicara tentang konflik dan perlawanan. Kerajaan Aceh - yang sering dipakai sebagai pembuka kajian ke acehan – hanya digambarkan seperti kekuasaan, kemegahan fisik kerajaan, penaklukan dan menahan serangan. Kajian-kajian model ini seolah meniadaakan sejarah dan khazanah intelektual Aceh yang cukup berpengaruh di Nusantara maupun wilayah Asia Tenggara. Sedikit sekali yang mencoba untuk memahami Aceh dari dimensi khazanah intelektualnya. Segelintir nama yang mencoba mengukir kembali khazanah intelektual masa lalu ini seperti Naquib Al Attas, Ahmad Daudy, Abdul Hadi dan L.K Ara serta seorang filolog, Edward Djamaris. Buku Acehnologi Kamaruzzaman Bustamam – Ahmad, berangkat dari kegelisahan akan hilangnya model kajian fenomenologi – irfani ini. Buku sederhana ini belum secara utuh menggambarkan model metodologi kajian ke-aceh-an yang fenomenologis dan irfani. Diskursus Epistimologi misalnya hanya dibahas di bagian-bagian awal dan selanjutnya mengkaji beberapa isu Aceh. Dalam buku  ini, penulis juga menuliskan berbagai isu yang berkembang di Aceh melalui pendekatan fenomenologi irfani. Intinya, Buku ini bukan hendak memberi tahu ‘apa’ itu model kajian fenomenologi-irfani namun lebih kepada ‘bagaimana,’ melihat suatu objek dari sudut pandang keacehan-fenomenologi-irfani. Jadi, Acehnologi bukan lagi tentang menjadikan Aceh sebagai subjek kajian, akan tetapi mencoba menjadikan Aceh sebagai ‘cara pandang,’ dan ‘pisau analisis.’
Keyword. Acehnologi, Epistimology, Irfani, Fenomenology dan Wahdatul Wujud.

 
Buku ini dapat dikatakan sebagai buku pertama dari jenisnya. Buku ini berangkat dari satu kebutuhan utama pada model kajian khusus keacehan, layaknya kajian-kajian khusus etnik lain di Indonesia seperti Javanology, Dayakologi dan Malay-Studies. Kajian tentang aceh selama ini dianggap sebagai bagian dari kajian Malay-Studies, seperti yang difahami oleh kelompok Naquib Al Attas, padahal Aceh memiliki entitas dan kelayakan intelektual sendiri yang justru memberi pengaruh bagi peradaban dunia Islam Melayu, maupun kepulauan Nusantara secara keseluruhan. Kamaruzzaman dalam buku ini mengutip kalimat Antony Reid:“It has in fact been the jenius fo Aceh to be able to maintain a high degree of both cosmopolitanism and a strong sense of the importance and uniqueness of its own culture.”(3)
Kamaruzzaman mengajukan bukti misalnya, kajian tentang wahdatul-wujud yang akhir-akhir ini mendapat tempat dalam kajian ilmiah perguruan tinggi tidak lebih merupakan serpihan pemikiran Hamzah Fansuri. Tema pluralisme agama yang pernah menjadi kajian Nuruddin Ar-Raniry sekarang - setelah seratusan tahun – menemukan gaungnya di pulau Jawa. Hal yang sama juga berlaku pada tafsir (Syekh Abdurrauf) dan Fikh Indonesia (Hasby As-Shiddiqy). Rata-rata kesemua objek yang sekarang sedang marak di kaji di Indonesia maupun Negara-negara lain ini telah pernah eksis dan diwacanakan oleh intelektual-intelektual dari Aceh. (7) Dengan demikian sebenarnya, falsafah hidup orang Aceh (Acehnese world view) dapat menjadi konsep yang sistematis untuk dikaji karena telah pernah beberapa kali memicu nalar intelektual tingkat tinggi (high intellectual) Aceh mampu menyinari dunia lain di sekitarnya.
Secara umum buku ini dibagi ke dalam XI (Sebelas) Bab dan ditambah satu Poskrip yang menarik. Lima bab pertama merupakan bab-bab diskurus Aceh Studies; Tujuh bab selanjutnya merupakan ‘studi kasus,’ yang mencoba melakukan ‘analisis’ melalui pendekatan Aceh Studies terhadap objek Aceh sendiri. Dan terakhir adalah Poskrip yaitu semacam nasehat dan sharing pengalaman, dan wajib di baca oleh mereka yang ingin ‘terjun’ serius dalam wacana keilmuan keislaman. Salah satu pesan menarik yang disampaikan adalah, Bagaimana cara menjual proposal penelitian?
BAB-BAB DISKURSUS ACEH STUDIES
Bab-Bab diskursus keilmuan dimulai dari Bab I Merakit Model Keilmuan Acehnologi (Aceh Studies) mengkritik model kajian ke-aceh-an yang selama ini lebih didominasi oleh model Sejarah-Konflik. Selanjutnya didiskusikan model-model kajian sosiologi dan antropologi baik konsep-konsep yang berkembang di Barat maupun model-model pengkajian di Indonesia dan di Aceh. Terakhir, terdapat sentilan terhadap UIN Ar-Raniry, sebagai lembaga kajian Islam terbesar di Aceh, sejauh mana upaya lembaga tersebut untuk membuat model unik kajian keislaman yang berbasis ke-Aceh-an, keunikan dan kemandirian.
Bab 2 Kearifan Lokal dalam prespektif Irfani. Kearifan lokal (indigenous ideas) merupakan model komunal yang diwariskan oleh nenek moyang Aceh (endatu) untuk menjadi nilai (value) dan pandangan hidup (world view) kelompok masyarakat Aceh. Yang unik dari bab ini adalah bagaimana setelah mendiskusikan pandangan irfani dalam prespektif fenomenologi. Kamaruzzaman dengan radikal menyamakan konsep irfani dengan Indegenous Idea dan Wise Man, dimana pengkajian konsep irfani dapat dilakukan dengan cara mengetahui konsep-konsep lokal. Disini Kamaruzzaman sepertinya membuat suatu natijah bahwa setiap kearifan lokal, nilai-nilai yang beredar dalam masyarakat lahir dari capaian irfani yang diperoleh entah oleh seorang Wise Man, maupun terlimpah secara komunal dalam masyarakat lampau. Resikonya, perlu ada redefenisi yang luas mengenai konsep Irfani seperti apakah yang difahami oleh Kamaruzzaman sendiri? Jelas selama ini masih jarang yang mencoba mengkaitkan hubungan antara kearifan lokal dan subjek irfani.
Bab 3 Islamisasi Pengetahuan di Aceh dalam prespektif Acehnologi. Disini belum terlihat ciri khas model Islamisasi ‘ala’ Aceh Kamaruzzaman. Secara umum, model Islamisasi dengan cara membuka khazanah masa lalu, melakukan redefenisi makna ilmu dan rekonstruksi metodologi sudah digaungkan dimana-mana. Kekhansan model Islamisasi model Aceh ‘Ala’ Kamaruzzaman (selanjutnya akan disebut dengan frikatifisasi) ‘akan’ ada di buku lain seperti Wahdatul Wujud (2012) dan Kontribusi Charles Taylor, Henry Corbin dan Naquib Al Attas dalam Studi Metafisika dan Meta-Teori dalam Islam Nusantara (2015).
Bab 4 Memahami Dunia Insan Kamil, Sebuah Pengalaman Untuk Aceh. Bab ini merupakan kajian tentang makro-kosmos dan mikro-kosmos orang Aceh. Dalam bab ini, Kamaruzzaman juga belum menemukan kekhasan kosmologis orang Aceh kecuali bahwa dia menemukan kesamaan-kesamaan kosmologi di Aceh maupun yang berkembang di Asia Kecil, Asia Tengah dan Timur Tengah sebagai apa yang disebut dengan makro-kosmos (alam kabir) dan mikro-kosmos (alam saghir).
Bab 5 Jejak Spirit Aceh dan Bab 6 Jejak Budaya Aceh, masing-masing berbicara tentang pengaruh spirit bagi model budaya (bab 5) dan asal-usul keberadaan budaya dan masyarakat Aceh (bab 6). Dalam bab 6, Kamaruzzaman mencoba melawan berbagai teori dengan mengemukakan bukti dan argumentasi, bahwa peradaban Aceh memiliki kedekatan spirit dengan peradaban Persia (bukan Melayu), bahkan dengan mengutip Ralfy Kande, lebih jauh lagi merupakan keturunan dari Raja Dairus lima.
STUDI KEACEHAN DENGAN PENDEKATAN ACEHNOLOGI
Bab 7 Lintas Budaya, Agama dan Kosmopolitanisme di Aceh. Bab ini berbicara tentang pertarungan budaya antara Aceh dan budaya Asing. Hal ini berlaku bagi setiap entitas yang terbuka (kecuali model budaya masyakarat terasing). Dan kenyataanya, walau dengan berbagai cara untuk mempertahankannya, Budaya lokal selalu menjadi the lost man, atau orang yang kalah ketika berbenturan dengan model-model modernisme, kosmopolitanisme dan budaya global.
Bab 8 Studi Tentang Panglima Laot di Aceh.
Bab 9 Dari Tengku ke Ustadz; Potret Pendidikan Islam di Aceh
Bab 10 Memahami Entitas Gayo
Bab 11 Dari damai ke Proyek; Potret Keamanan Aceh
Poskrip; Catatan Lapangan dari penelitian Komparasi ke Acehnologi.

Download Link for PDF disini https://www.academia.edu/23397239/Acehnologi

No comments:

Post a Comment