Oleh : Ramli Cibro (Ustadz Pensiun)
Book Review
Aceh-Studies; Dari Historis Ideologis
menuju Fenomenologi – Irfani.
Penulis : Kamaruzzaman Bustamam – Ahmad. Acehnologi,
Banda Aceh, Bandar Publishing, 2012, ix + 357 pages.
Abstract:
Kajian tentang ke-Aceh-an entah disengaja
atau tidak telah menjadi semacam kajian-konflik, perang ideologi dan
kekerasaan. Bahasa Aceh Studies, dimulai sejak Snouck Horgonje, Dennys Lombard,
Antony Reid, generasi pascakemerdekaan seperti Ali Hasyimi, Muhammad Said dan
lain-lain, hingga hari ini Oto Iskandar selalu berbicara tentang konflik dan
perlawanan. Kerajaan Aceh - yang sering dipakai sebagai pembuka kajian ke
acehan – hanya digambarkan seperti kekuasaan, kemegahan fisik kerajaan,
penaklukan dan menahan serangan. Kajian-kajian model ini seolah meniadaakan sejarah
dan khazanah intelektual Aceh yang cukup berpengaruh di Nusantara maupun
wilayah Asia Tenggara. Sedikit sekali yang mencoba untuk memahami Aceh dari
dimensi khazanah intelektualnya. Segelintir nama yang mencoba mengukir kembali
khazanah intelektual masa lalu ini seperti Naquib Al Attas, Ahmad Daudy, Abdul
Hadi dan L.K Ara serta seorang filolog, Edward Djamaris. Buku Acehnologi
Kamaruzzaman Bustamam – Ahmad, berangkat dari kegelisahan akan hilangnya model
kajian fenomenologi – irfani ini. Buku sederhana ini belum secara utuh
menggambarkan model metodologi kajian ke-aceh-an yang fenomenologis dan irfani.
Diskursus Epistimologi misalnya hanya dibahas di bagian-bagian awal dan
selanjutnya mengkaji beberapa isu Aceh. Dalam buku ini, penulis juga menuliskan berbagai isu
yang berkembang di Aceh melalui pendekatan fenomenologi irfani. Intinya, Buku
ini bukan hendak memberi tahu ‘apa’ itu model kajian fenomenologi-irfani namun
lebih kepada ‘bagaimana,’ melihat suatu objek dari sudut pandang keacehan-fenomenologi-irfani.
Jadi, Acehnologi bukan lagi tentang menjadikan Aceh sebagai subjek kajian, akan
tetapi mencoba menjadikan Aceh sebagai ‘cara pandang,’ dan ‘pisau analisis.’
Keyword. Acehnologi, Epistimology, Irfani, Fenomenology dan
Wahdatul Wujud.
Buku ini dapat dikatakan sebagai buku pertama dari jenisnya. Buku ini berangkat dari satu kebutuhan utama pada model kajian khusus keacehan, layaknya kajian-kajian khusus etnik lain di Indonesia seperti Javanology, Dayakologi dan Malay-Studies. Kajian tentang aceh selama ini dianggap sebagai bagian dari kajian Malay-Studies, seperti yang difahami oleh kelompok Naquib Al Attas, padahal Aceh memiliki entitas dan kelayakan intelektual sendiri yang justru memberi pengaruh bagi peradaban dunia Islam Melayu, maupun kepulauan Nusantara secara keseluruhan. Kamaruzzaman dalam buku ini mengutip kalimat Antony Reid:“It has in fact been the jenius fo Aceh to be able to maintain a high degree of both cosmopolitanism and a strong sense of the importance and uniqueness of its own culture.”(3)
Kamaruzzaman mengajukan bukti misalnya,
kajian tentang wahdatul-wujud yang akhir-akhir ini mendapat tempat dalam
kajian ilmiah perguruan tinggi tidak lebih merupakan serpihan pemikiran Hamzah
Fansuri. Tema pluralisme agama yang pernah menjadi kajian Nuruddin Ar-Raniry
sekarang - setelah seratusan tahun – menemukan gaungnya di pulau Jawa. Hal yang
sama juga berlaku pada tafsir (Syekh Abdurrauf) dan Fikh Indonesia (Hasby
As-Shiddiqy). Rata-rata kesemua objek yang sekarang sedang marak di kaji di
Indonesia maupun Negara-negara lain ini telah pernah eksis dan diwacanakan oleh
intelektual-intelektual dari Aceh. (7) Dengan demikian sebenarnya,
falsafah hidup orang Aceh (Acehnese world view) dapat menjadi konsep
yang sistematis untuk dikaji karena telah pernah beberapa kali memicu nalar
intelektual tingkat tinggi (high intellectual) Aceh mampu menyinari
dunia lain di sekitarnya.
Secara umum buku ini dibagi ke dalam XI (Sebelas)
Bab dan ditambah satu Poskrip yang menarik. Lima bab pertama merupakan bab-bab diskurus
Aceh Studies; Tujuh bab selanjutnya merupakan ‘studi kasus,’ yang mencoba
melakukan ‘analisis’ melalui pendekatan Aceh Studies terhadap objek Aceh
sendiri. Dan terakhir adalah Poskrip yaitu semacam nasehat dan sharing
pengalaman, dan wajib di baca oleh mereka yang ingin ‘terjun’ serius dalam
wacana keilmuan keislaman. Salah satu pesan menarik yang disampaikan adalah,
Bagaimana cara menjual proposal penelitian?
BAB-BAB DISKURSUS ACEH STUDIES
Bab-Bab diskursus keilmuan dimulai dari Bab
I Merakit Model Keilmuan Acehnologi (Aceh Studies) mengkritik model kajian
ke-aceh-an yang selama ini lebih didominasi oleh model Sejarah-Konflik.
Selanjutnya didiskusikan model-model kajian sosiologi dan antropologi baik
konsep-konsep yang berkembang di Barat maupun model-model pengkajian di
Indonesia dan di Aceh. Terakhir, terdapat sentilan terhadap UIN Ar-Raniry,
sebagai lembaga kajian Islam terbesar di Aceh, sejauh mana upaya lembaga
tersebut untuk membuat model unik kajian keislaman yang berbasis ke-Aceh-an,
keunikan dan kemandirian.
Bab 2 Kearifan Lokal dalam prespektif
Irfani. Kearifan lokal
(indigenous ideas) merupakan model komunal yang diwariskan oleh nenek moyang
Aceh (endatu) untuk menjadi nilai (value) dan pandangan hidup (world
view) kelompok masyarakat Aceh. Yang unik dari bab ini adalah bagaimana
setelah mendiskusikan pandangan irfani dalam prespektif fenomenologi.
Kamaruzzaman dengan radikal menyamakan konsep irfani dengan Indegenous Idea
dan Wise Man, dimana pengkajian konsep irfani dapat dilakukan dengan cara
mengetahui konsep-konsep lokal. Disini Kamaruzzaman sepertinya membuat suatu natijah
bahwa setiap kearifan lokal, nilai-nilai yang beredar dalam masyarakat lahir
dari capaian irfani yang diperoleh entah oleh seorang Wise Man, maupun
terlimpah secara komunal dalam masyarakat lampau. Resikonya, perlu ada
redefenisi yang luas mengenai konsep Irfani seperti apakah yang difahami oleh
Kamaruzzaman sendiri? Jelas selama ini masih jarang yang mencoba mengkaitkan
hubungan antara kearifan lokal dan subjek irfani.
Bab 3 Islamisasi Pengetahuan di Aceh dalam
prespektif Acehnologi. Disini belum terlihat ciri khas model Islamisasi ‘ala’ Aceh
Kamaruzzaman. Secara umum, model Islamisasi dengan cara membuka khazanah masa
lalu, melakukan redefenisi makna ilmu dan rekonstruksi metodologi sudah
digaungkan dimana-mana. Kekhansan model Islamisasi model Aceh ‘Ala’ Kamaruzzaman
(selanjutnya akan disebut dengan frikatifisasi) ‘akan’ ada di buku lain
seperti Wahdatul Wujud (2012) dan Kontribusi Charles Taylor, Henry
Corbin dan Naquib Al Attas dalam Studi Metafisika dan Meta-Teori dalam Islam
Nusantara (2015).
Bab 4 Memahami Dunia Insan Kamil, Sebuah
Pengalaman Untuk Aceh. Bab ini merupakan kajian tentang makro-kosmos dan mikro-kosmos orang
Aceh. Dalam bab ini, Kamaruzzaman juga belum menemukan kekhasan kosmologis
orang Aceh kecuali bahwa dia menemukan kesamaan-kesamaan kosmologi di Aceh
maupun yang berkembang di Asia Kecil, Asia Tengah dan Timur Tengah sebagai apa
yang disebut dengan makro-kosmos (alam kabir) dan mikro-kosmos (alam
saghir).
Bab 5 Jejak Spirit Aceh dan Bab 6 Jejak Budaya Aceh, masing-masing
berbicara tentang pengaruh spirit bagi model budaya (bab 5) dan asal-usul
keberadaan budaya dan masyarakat Aceh (bab 6). Dalam bab 6, Kamaruzzaman
mencoba melawan berbagai teori dengan mengemukakan bukti dan argumentasi, bahwa
peradaban Aceh memiliki kedekatan spirit dengan peradaban Persia (bukan
Melayu), bahkan dengan mengutip Ralfy Kande, lebih jauh lagi merupakan
keturunan dari Raja Dairus lima.
STUDI KEACEHAN DENGAN PENDEKATAN ACEHNOLOGI
Bab 7 Lintas Budaya, Agama dan
Kosmopolitanisme di Aceh. Bab ini berbicara tentang pertarungan budaya antara
Aceh dan budaya Asing. Hal ini berlaku bagi setiap entitas yang terbuka
(kecuali model budaya masyakarat terasing). Dan kenyataanya, walau dengan
berbagai cara untuk mempertahankannya, Budaya lokal selalu menjadi the lost
man, atau orang yang kalah ketika berbenturan dengan model-model
modernisme, kosmopolitanisme dan budaya global.
Bab 8 Studi Tentang Panglima Laot di Aceh.
Bab 9 Dari Tengku ke Ustadz; Potret
Pendidikan Islam di Aceh
Bab 10 Memahami Entitas Gayo
Bab 11 Dari damai ke Proyek; Potret
Keamanan Aceh
Poskrip; Catatan Lapangan dari penelitian
Komparasi ke Acehnologi.
Download Link for PDF disini https://www.academia.edu/23397239/Acehnologi
No comments:
Post a Comment