Ramli Cibro
Tahun 2018 sepertinya menjadi tahun yang berat. Tahun dimana bangsa kita dirudung berbagai musibah dan bencana. Bencana yang demikian, selain meninggalkan duka dan kepedihan yang mendalam, juga menyisakan beragam tafsir, spekulasi dan prasangka yang terkadang jauh dari akal sehat. Prasangka yang tidak mencerminkan sikap empati. Prasangka yang justru memperburuk situasi pasca-bencana. Ragam prasangka yang tidak didasarkan pada pembuktian yang adil.
Masih terngiang di telinga, bagaimana gempa Lombok justru dituding muncul akibat sikap politik tokoh tertentu. Atau kemudian rentetan bencana di Sulawesi dijadikan sebagai mortir politik untuk menyerang pemerintah. Bagaimana kemudian kecelakaan pesawat, dan kapal laut, selalu diarahkan pada perkara-perkara eskatologi (kegaiban) secara tidak adil pada persoalan-persoalan politik atau masalah laku maksiat.