Wednesday, 15 April 2015

Namanya Dinda (Bagian 1)



Namanya Dinda. Bukan nama asli, tapi nama pesbuk. Setidaknya ini yang ku tahu. Dua kali pesbuknya aku request,,, dua kali aku diabaikan. Tapi bagiku itu tak masalah. Diabaikan dan Mengabaikan atau yang lebih kejam, Ditolak dan Menolak adalah keseharian. Sudah terlalu biasa aku dengan semua itu. Sebagai gambaran umum, Dinda itu; Orangnya culun; berkacamata ; aktifis; penampilan biasa; anak jurusan tetangga dan mungkin juga anak LDK. Sebuah kenaifan bagi aku yang Anti LDK ternyata malah menyukai makhluk dari spesies 'Ikhwan-Ukhti.' 

Aku pernah sangat anti dengan dengan gerakan Ekstrimis Islam ini. Aku menyebutnya demikian ketika seorang dosen berhasil meliberalkan otakku. Aku menganggap mereka hanyalah orang-orang yang keras kepala, bicara dengan istilah-istilah Arab dan disibukkan dengan kegiatan pengkaderan dan Amaliyah Yaumiyah, dan bergaya Bahan, sebuah istilah yang dibuat untuk mereka yang sehari-harinya hanya mengenakan katun untuk bahan celananya.
 Begitulah pendapatku ketika itu.  Maaf, jika ada yang tersinggung. Anggap saja pendapat ini sebagai KETIDAKTAHUANKU atau mungkin KE-BEGO-AN-KU. (Kok pembahasannya malah lari, ya?) 
 Ok. Kita kembali ke Dinda. Dia memang tidak terlalu cantik. Sekilas nampak sangat biasa namun tidak bagi yang mengenalnya. Ia cukup manis dan menggeNtarkan (dengan N kapital di tengah; artinya seperti musuh yang menggeNtarkanmu di medan perang). Ia MenggeNtarkan dan membuatku takut bahkan untuk sekedar mendekat. Ia MenggeNtarkan ku yang mengaguminya sejak 2 tahun terakhir. 
Dalam berbusana, ia selalu mengenakan pakaian muslimah dan tetap longgar dengan jilbab menutup dada; manset; tidak berlilit-lilit; dan Bukan gamis, Sewajarnya namun tetap longgar. Walau demikian; kata temanku, dia bukan jebolan pesantren; hanya saja ia telah aktif di dakwah sejak masih SMA. Mungkin keluarga dan lingkungan dimana ia tinggal cukup mendukung.
Dinda, yang kukagumi adalah seorang akhwat, aktifis dakwah! Ga kaya aku, yang TAK SATUPUN organisasi kampus kumasuki. Paling juga ikut-ikutan di Himpunan Mahasisaw Jurusan atau sempat masuk daftar Pengurus Asrama. Itupun cuma sebentar. Sekedip  mata.  tak sampai dua menit.
Dua kali aku mencoba mendekat; dua kali aku gagal. Saat ada kesempatan mendekat;  tiba-tiba aku nervous tak karuan. Akhirnya aku hanya mengalihkan pembicaraan sampai ada situasi yang memaksaku pergi.
Setiap hari aku berharap akan ada kesempatan lagi; namun setiap hari ada saja yang menghalangi. Aku terlalu takut. Mungkin itulah tanda bahwa aku suka atau mungkin juga sebagai takarannya. Semakin takut mendekat, berarti semakin suka. Ah. Lebay. Ah.
Dulu kakakku pernah mewanti-wanti agar aku ikut kegiatan dakwah, Namun aku malah ikut-ikutan jama'ah Marxis, pura-pura ngerti omongan Deridda dan mengangguk khidmat pada Nietszhe dan Sigmund 'Ahmad' Freud (dengan buku future of an illusion-nya.  Gara-gara buku itu, hampir saja aku tidak sholat)
Pernah terpikir andai kala itu aku sedikit nekat; lalu mendekat.
Namun niat tersebut urung karena mungkin aku hanya akan didamprat. Mana mau seorang 'Ukhti' mengenal Mahasiswa Gembel; Belum Kerja (karena masih kuliah); Jarang Mandi; Pakaian Abal; Kuper; Katro; Bicara Unyang-Anying; yang kerjanya kalau ga kuliah, ya Tidur ,, Sepertiku? Aku terlalu sadar diri; aku tidak ingin mati konyol; walau kata mereka “Kenapa tidak dicoba?' 
Apalagi jika dugaanku benar bahwa dia adalah anak LDK, maka kisahnya akan menjadi sebagai berikut:
"Wahai Murabbi'ah. Bolehkan Ana menikah dengan Ikhwan yang tidak ikut liqo'?" Ia bertanya pada Murabi'ahnya (ini ceritanya jika ia menerimaku)
"Ikhwan yang bukan dari halaqah, tentu memiliki perbedaan mendasar dalam pemahaman agama, visi dan cita-cita perjuangan. Ini hanya akan mempersulit jalan dakwahmu. Banyak Ikhwan halaqah yang jauh lebih berkualitas, lebih tinggi pengetahuan agamanya dan lebih mempunyai kesamaan dalam visi dan cita-cita dakwah daripada orang-orang di luar sana. Demi dakwah ya Ukhti, Ana berharap Antum mempertimbangkan untuk lebih memilih ikhwan yang satu visi. Sekali lagi demi dakwah. Dan demi kemudahan perjuangan Dakwah,,,"
Jelas sang Murabbi'ah.
Baris baru……………;
Biasanya kader dakwah tidak akan pernah disentuh, kecuali oleh sesama kader dakwah sendiri. Seorang kader dakwah SELAYAKNYA memilih pasangan dari sesama kader dakwah. Dan ini adalah 'Role,' Hidden Role. Maka jika seorang kader dakwah nekat melanggar dogma mitologis tersebut, maka konsekwensinya akan dikucilkan atau malah dikeluarkan dari halaqoh.
Aku adalah makhluk Realis walau berarti harus Skeptis. Perjuangan bagiku perlu diperhitungkan. Aku hanya akan maju jika 'tukang ramal' yakin, aku pasti menang.

No comments:

Post a Comment