Namanya Dinda. Tentu saja Dinda
yang masih sama dengan pernah kudeskripsikan waktu itu. Yaitu; Seorang cewek
culun, aktifis dakwah, berkacamata, dan mahasiswi jurusan tetangga. Cantiknya
lumayan, kira-kira dapet point 6,5 atau 0,5 poin lebih tinggi dari Cewek dalam
lagu Mata Indah Bola Pimpong-nya Iwan
Fals). Jadi wajar donk kalau aku suka? Disini Sekali lagi ku tegaskan, Dinda
itu nama Pesbuk, bukan nama sebenarnya. Disini nama sebenarnya disamarkan untuk
melindungi orang yang tidak bersalah dari jahatnya Cinta....(Dalam beberapa
hal, aku menganggap cinta itu jahat)
Bukan menjadi rahasia lagi, bahwa
kebanyakan kader dakwah pasti berpacaran. Entah darimana dalil yang
membolehkannya, yang jelas ini merupakan sebuah fenomena yang mudah
dijumpai. Menurut dugaanku Dinda-pun dah punya pacar. Terakhir kali aku
bertemu dengannya, ia sedang jalan berdua bersama seorang pria misterius yang
standarnya beda-beda
tipis dengan aku. Mudah-mudahan
itu bukan pacarnya. Dan jika benar? Artinya lagi-lagi
ada yang mencuri start-ku.
Bukannya kalah start, tapi aku sama sekali
tidak berniat untuk mempacari Dinda (he he he,,,
Padahal kalaupun aku berniat, belum tentu Dinda-nya mau). Aku sangat
menghormatinya. Aku menghormati Dinda dan gairah keagamaannya yang kuat. Aku
menghormati Dinda dengan pengetahuannya yang luas. Aku menghormati Dinda dengan
semangat hidup dan jiwa sosialnya yang tinggi, berbanding terbalik dengan pria
aneh seperti aku. Dan tentu saja aku mengormati Dinda karena ia cantik.
Aku sangat menghormati cewek
cantik dan tentu saja mengagumi mereka. Dalam pandanganku, Cewek cantik adalah tanda kebijaksaan penciptaan. Seperti Adam yang merasa di surga ada yang
kurang, tanpa kehadiran Hawa, akupun merasakan hal yang sama. Apapun itu akan
terasa kering tanpa kehadiran Cewek Cantik. Persis seperti kata Lorenzo
FerRary,"Without women, engine can never start."
(Terjemahkan sendiri...)
Menurutku, cewek cantik ibarat
bunga yang tumbuh mekar, dengan kuntum semerbak dan berwarna-warni. Bagiku,
wanita cantik ibarat Master Piece dari semua ciptaan Tuhan
yang ada di semesta. Jika dikatakan bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna, maka aku
katakan bahwa cewek cantik adalah ciptaan tuhan yang paling indah.
Lalu bagaimana dengan cewek
jelek? Maap pisan!! Aku kurang begitu
tertarik memperhatikan cewek jelek. Bukan maksudku rasis atau merendahkan. Tapi
ini persoalan selera, Bung..,,, dan 'Selera, tidak bisa dipaksakan! Aku
menganggap cewek jelek sebagai The Chaos of Universe, atauThe
Margin of Error, atau The
System was Crash, lalu tiba-tiba terdengar tanda bahaya dari alarm system, “Evacuated!,,,,,,,,”
“Evacuated!,,,,,,,” “Evacuated!,”,,, Aku segera berlari keluar ruangan dan
berteriak, “Meide!,“ “Meide!,” “Meide!.” Dan sesaat kemudian,,,,,,,
B(h)OOOOMM!!! (Dengan ‘h’ kecil).
Kita kembali ke Dinda,,,,
Namanya Dinda, baru di wisuda
September 2013 kemaren. Jadi kira-kira jika sekarang aku berusia 26
tahun, ia jelas 3 tahun lebih muda dariku. Karena pada dasarnya,
‘Tugas-tugas perkembangan-ku, selalu telat 3 tahun.’ (Tak usah aku ceritakan
kenapa aku yang lulus SMA tahun 2006 namun baru bisa mencicipi perkuliahan pada
tahun 2009).
Seperti Dinda, aku juga lulus di
tahun yang sama, hanya saja aku tidak ikut wisuda. Bagiku, prosesi wisuda lebih
mirip ritual pengukuhan anggota sekte Illuminasi. Jika anda suka menonton Movie
bertema Bertema Konspirasi Global, Church, Satanisme atau Paganisme, seperti Treasure of God tentu anda pernah
melihat kemiripannya.
Aku lulus dan menggondol ijajahku
pulang ke rumah dan menolak ikut wisuda. Orang tuaku terlihat agak kecewa,
namun aku mencoba memberi pengertian dan mengatakan bahwa ritual wisuda itu
hanyalah pemborosan dan menghabur-hamburkan uang.
“Lebih baik nanti bapak dan
ibu menghadiri wisuda S2, ku,” ngomongku, keceplosan. Ayah terlihat senang
dengan ‘janji,’ latahku. Ibupun sedikit lega, semetara aku kebingungan.
Bagaimana caranya aku mengekskusi janji S2?, padahal untuk menyelesaikan S1 pun
udah kelabakan? Rupanya orang tuaku sangat ingin melihat aku memakai pakaian
kebesaran Para Satanis. Pantes semua anak (kecuali aku) begitu semangat untuk
wisuda (lebih semangat daripada kuliah), karena mereka ingin membuat orang
tuanya bangga.
Kita kembali ke Dinda….
Sebelumnya pernah kukatakan bahwa
aku me-request pesbuknya sebanyak dua
kali. Di kehidupan nyata, aku juga berkenalan dengan Dinda sebanyak dua
kali. Sekali ketika penerimaan mahasiswa baru 2013 di aula kampus,
dan sekali lagi pada hari seminar proposal-ku, di saung depan fakultas.
Lagipula, aku tidak yakin ia akan mengingat namaku. Kali pertama aku
mengenalkan diri, sepertinya ia lupa namaku, lalu aku memperkenalkan diri lagi
untuk kali kedua. Dan aku ragu, jangan-jangan ia juga tetap lupa namaku.
Meskipun demikian, aku berharap
bahwa kelak akulah yang akan menjadi jodohnya. Harapan itu akan selalu aku jaga
sampai aku mendapatkan kabar bahwa dia sudah menikah dengan pria lain. Artinya;
tidak ada gunanya lagi aku berharap dan berupaya untuknya. Dan aku akan segera
mengalihkan bidikan.
Kakaku pernah menyuruhku berdo’a
sebagai berikut:
“Ya. Tuhan. Jika Dinda memang
takdir yang kau rencanakan untukku, pertemukan kami dengan jalan yang baik.
Namun jika ia bukan takdir-ku, anugerahkan aku takdir yang lebih baik.”
Namun aku tidak yakin untuk
mengucapkannya. Aku khawatir, jangan-jangan, ‘rencana,’ Tuhan malah berbeda
dengan keinginanku.
No comments:
Post a Comment