Sunday, 14 May 2017

BEBERAPA BUKU YANG MENULIS TENTANG HAMZAH FANSURI (BAGIAN 1)


Oleh Ramli Cibro


Tulisan ini akan mencoba memperkenalkan beberapa buku yang menulis mengenai Hamzah Fansuri. Buku-buku tersebut akan diperkenalkan satu persatu kepada khalayak mengingat masih akan banyak orang yang ingin mengkaji Hamzah Fansuri. Dan dengan memperkenalkan beberapa buku mengenai Hamzah Fansuri akan membantu para peneliti pemula untuk memetakan arah kajiannnya dan menemukan hal-hal yang tidak ditemukan oleh peneliti Hamzah Fansuri sebelum-sebelumnya.

Apapun itu semoga tulisan ini bermanfaat hendaknya Amin,...

The Mysticism of Hamzah Fansuri
Syed Naquid Al-Attas (1970) dengan karya-nya The Mysticism of Hamzah Fansuri.  Al-Attas dalam buku tersebut selain menjelaskan beberapa pokok ontologi seperti al-a’yân al-thâbîtah, rŭh, nafs, Sifât, dan Asmâ,’ juga memuat beberapa persoalan epistimologi yaitu fanâ, ma’rifah dan ikhtiâr. Selain itu Al Attas juga berusaha untuk menjelaskan konsep irâdah dan amr Tuhan dengan menggunakan kata hendak sebagai key-word atau kata kunci.
 
Tasawuf yang Tertindas
Abdul Hadi W.M dengan karya-nya Tasawuf Yang Tertindas (2001).  Karya yang merupakan disertasi di Universitas Sains Malaysia tahun 2006 tersebut memuat konsep-konsep metafisika, psikologi keruhanian, epistimologi sufi dan estetika. Metafisika mengkaji tentang a’yân, alam lahũt dan alam nasũt. Psikologi ruhani membahas persoalan kemabukan spiritual (‘ishq) dan cinta (maḥabbah). Epistimologi sufi membahas mengenai pendakian spiritual dalam empat tingkatan yaitu sharî’ah, ṭarîqah, ḥaqîqah dan ma’rifah. Dan estetika mempersoalkan rima (pola atau bentuk sya’ir) dan citra simbol (seperti burung, kapal dan laut).


Tasawuf Falsafi Syeikh Hamzah Fansuri
Afif Anshori dengan Tasawuf Falsafi Syeikh Hamzah Fiansuri (2004). Membahas tentang persoalan Ontologi-Metafisika ajaran tasawuf Hamzah Fansuri serta Reaksi Nǔr Al dĭn Al Rânĭrĭ atas ajaran tasawuf Hamzah Fansuri. Afif menuliskan setidaknya 5 sanggahan Al Rânĭrĭ yaitu Konsepsi Wujǔdiyah, Eksistensi Nyawa, Kemakhlukan Al-Qur’an dan kebersatuan wujǔd. 

Wujudiyah Hamzah Fansuri Dalam Perdebatan Para Sarjana
 Syarifuddin dengan karya-nya Wujúdiyah  Hamzah Fansuri dalam Perdebatan Para Sarjana (2011).  Karya tersebut membahas berbagai persoalan ontologi seperti asal usul terminologi wujúdiyah, dan kosmologi tajalllî dzât. Terakhir, sesuai dengan judulnya yang mengacu pada perdebatan para sarjana, Syarifuddin menuliskan dua kubu sarjana yang masing-masing mendukung dan menolak ajaran wujúdiyah, Hamzah Fansuri hingga kemudian disimpulkan bahwa mereka yang menolak ajaran Hamzah Fansuri memiliki argumentasi yang lemah karena melihat persoalan wujúdiyah dari dimensi tashbîh, imanensi atau pengumpamaan semata. Padahal menurut Syarifuddin, ajaran wujúdiyah Hamzah Fansuri juga bermuatan tanzîh atau transenden.

 Tasawuf dan Sastra Melayu, Kajian dan Teks-Teks dan Yang Indah, Yang Berfaedah dan Kamal; Sejarah Sastra Melayu dalam Abad 7 -19

V.I Braginsky dengan Tasawuf dan Sastra Melayu, Kajian dan Teks-Teks (1993) dan Yang Indah, Yang Berfaedah dan Kamal; Sejarah Sastra Melayu dalam Abad 7 -19 (1998)  Kedua karya tersebut membahas konsep-konsep ontologi dan kosmologi Hamzah Fansuri meliputi hakikat wujud, nur Muhammad, makro-kosmos dan mikro-kosmos.




Buku Aksiologi Ma'rifah Hamzah Fansuri
 Ramli Cibro, Aksiologi Ma'rifah Hamzah Fansuri adalah buku yang mencoba mengevaluasi struktur ontologi, epistimologi dan aksiologi dari ajaran tasawuf Hamzah Fansuri. Melalui paradigma filsafat pragmatis Wiliam James, dan dengan pendekatan semantik, penulis mencoba menawarkan prespektif baru dalam memahami Hamzah Fansuri dan ajaran tasawufnya. Oh ya... bagi yang berminat, dapat menghubungi nomor si Cibro, 085270522312 no SARA ha ha

Buku Wahdah Al-Wujud dan pengarangnya, Miswari Usman Banta Ahmad The Drunken Master Leumak Mabok (Gambar2 ini mungkin memiliki hak cipta.. mohn izinnya)
Miswari, Wahdah Al-Wujud; Konsep Kesatuan Wujud antara Hamba dan Tuhan menurut Hamzah Fansuri, terbitkan Basa-Basi, merupakan buku yang sangat kuat mendiskusikan aspek ontologi Hamzah Fansuri. Ibarat obat, buku ini memiliki dosis yang sangat tinggi, atau dalam bahasa Aceh "Leumak Mabok." Sampai tulisan ini ditorehkan, penulis baru membaca versi tesis dari buku ini. Ia membahas secara tuntas mengenai konsep wujud Hamzah Fansuri dalam kitab ashrar arifin. Penulis sendiri sudah menargetkan bahwa tahun 2019 adalah tahun dimana penulis akan mempelajari pemikiran "drunken master dalam ilmu filsafat islam" yang satu ini. Oh ya... ada yang berminat... langsung saja ke orangnya... dengan kode sakti 085260649068

SEBENARNYA: SEBENARNYA ADA BEBERAPA BUKU LAGI YANG MEMBAHAS MENGENAI HAMZAH FANSURI SEPERTI BUKU-BUKU PROF.SIMUH DAN LAIN-LAIN. TAPI BERHUBUNG PENULIS BELUM MEMILIKI ATAU MENGAKSESNYA JADI>>> YA>>> APA YA??? 

[

BARUS KOTA WAHDATUL WUJUD



Ramli Cibro
Sejarah Islam Nusantara adalah sejarah yang berbicara tentang proses asimilasi Islam ke wilayah Nusantara. Peneliti menyebutkan bahwa penyebaran Islam di Nusantara dilakukan oleh para sufi pengembara yang menyebarkan faham-faham ketasawufan. Hasilnya Islam yang berkembang di Nusantara adalah Islam berdimensi sufistik. (Azra, 2013) Yaitu ajaran Islam yang lebih mengedepankan pembinaan ruhani dan batiniah ketimbang pembinaan fisik dan bangunan. Oleh karena itu, sejarah peradaban Islam di Nusantara di masa lampu tidak terlalu signifikan meninggalkan bangunan-bangunan monumental dan artefak-artefak akan tetapi lebih kepada transformasi kebudayaan dalam bentuk pemikiran-pemikiran keagamaan, tradisi-tradisi dan naskah-naskah kitab.

Wednesday, 10 May 2017

Kisah Manshur Al-Fanshuri



Suatu ketika di Pulau Ruja, jauh sebelum masa Iskandar Muda, terdapat seorang tokoh agama, Manshur Al-Fanshuri namanya. Bersama Syamtra et, bersekutu ia mengajarkan ilmu Salek Buta.
Lalu datanglah dua Ulama dari tanah Arab yang bernama Syeh Abdul Kade dan Syeh Abdurrauf menantang keduanya untuk mengadu bakar kitab. Siapapun yang kitabnya terbakar api harus tunduk dan menyerah kepada mereka yang kitabnya tidak terbakar.
Oleh Manshur Al-Fansuri dan Syamtra et di lemparlah kitab-kitab mereka ke dalam api dan hangus terbakar kitab-kitab itu, menunjukkan jalan yang dilalui penganutnya adalah sesat. Giliran Syeh Abdul Kade dan Syeh Abdurrauf melemparkan kitab mereka. Kedua tidak melemparkan kitab apa-apa, hanya melemparkan kitab Al-Qur’an ke dalam api dan tidak terbakar.
Karena merasa kalah, maka larilah Manshur Al-Fansuri dan Syamtra et ke luar negeri. Konon, Manshur Al-Fansuri lari ke Seunagan dan Syamtra et lari ke Negeri Malaya.
Adapun Syeh Abdul Kade dan Syeh Abdurrauf kemudian melanjutkan perjalanan mereka ke Pasee Perlak lalu ke Padang, kemudian ke Malaka dan terakhir sampailah mereka ke Pulau Jawa. Sepanjang perjalanan bertambah-tambahlah anggota mereka hingga mencapai Sembilan orang. Lalu Sembilan orang ini sampailah di Negeri Jawa menjadi Sembilan wali atau dalam bahasa Jawa, Wali Songo.
Tutur seorang kakek tua yang mengaku sebagai murid Syeh Awe Geutah…

Friday, 5 May 2017

DEMI BANGSA MADANI

Tulisan Lama


DEMI BANGSA MADANI
Ramli Cibro
Peristiwa 4 November 2016, 2 Desember 2016 dan 31 Maret 2017 telah memicu sedemikian rupa kekerasan berbasis agama di Indonesia. Tuntutan-tuntutan yang diajukan juga lebih mengarah kepada pendobrakan konstitusi. Misalnya, tuntutan untuk mempenjarakan Ahok yang secara konstitusi harus melalui prosedur hukum, pengajuan kasus, pemeriksaan, memanggil ahli dan pakar, lalu kemudian dihadapkan pada proses peradilan. Maka tuntutan yang pantas untuk seorang Ahok adalah mengadili Ahok atau untuk memeriksa Ahok. Tuntutan lainnya yang tidak konstitusional seperti gantung Ahok atau turunkan Ahok dari gubernur. Persoalannya kemudian semakin membesar ketika beberapa oknum mulai mengeluarkan ancaman dan sayembara ‘bunuh’ terhadap Ahok. Tentu hal ini menjadi tidak pantas ditengah upaya kita bersama untuk menegakkan keadilan, kesetaraan dan kemanusiaan.