Suatu ketika di Pulau Ruja, jauh sebelum masa Iskandar Muda,
terdapat seorang tokoh agama, Manshur Al-Fanshuri namanya. Bersama Syamtra et,
bersekutu ia mengajarkan ilmu Salek Buta.
Lalu datanglah dua Ulama dari tanah Arab yang bernama Syeh
Abdul Kade dan Syeh Abdurrauf menantang keduanya untuk mengadu bakar kitab.
Siapapun yang kitabnya terbakar api harus tunduk dan menyerah kepada mereka yang
kitabnya tidak terbakar.
Oleh Manshur Al-Fansuri dan Syamtra et di lemparlah
kitab-kitab mereka ke dalam api dan hangus terbakar kitab-kitab itu,
menunjukkan jalan yang dilalui penganutnya adalah sesat. Giliran Syeh Abdul
Kade dan Syeh Abdurrauf melemparkan kitab mereka. Kedua tidak melemparkan kitab
apa-apa, hanya melemparkan kitab Al-Qur’an ke dalam api dan tidak terbakar.
Karena merasa kalah, maka larilah Manshur Al-Fansuri dan
Syamtra et ke luar negeri. Konon, Manshur Al-Fansuri lari ke Seunagan dan
Syamtra et lari ke Negeri Malaya.
Adapun Syeh Abdul Kade dan Syeh Abdurrauf kemudian melanjutkan
perjalanan mereka ke Pasee Perlak lalu ke Padang, kemudian ke Malaka dan
terakhir sampailah mereka ke Pulau Jawa. Sepanjang perjalanan
bertambah-tambahlah anggota mereka hingga mencapai Sembilan orang. Lalu
Sembilan orang ini sampailah di Negeri Jawa menjadi Sembilan wali atau dalam
bahasa Jawa, Wali Songo.
Tutur seorang kakek tua yang mengaku sebagai murid Syeh Awe
Geutah…
No comments:
Post a Comment