Wednesday, 10 May 2017

Kisah Manshur Al-Fanshuri



Suatu ketika di Pulau Ruja, jauh sebelum masa Iskandar Muda, terdapat seorang tokoh agama, Manshur Al-Fanshuri namanya. Bersama Syamtra et, bersekutu ia mengajarkan ilmu Salek Buta.
Lalu datanglah dua Ulama dari tanah Arab yang bernama Syeh Abdul Kade dan Syeh Abdurrauf menantang keduanya untuk mengadu bakar kitab. Siapapun yang kitabnya terbakar api harus tunduk dan menyerah kepada mereka yang kitabnya tidak terbakar.
Oleh Manshur Al-Fansuri dan Syamtra et di lemparlah kitab-kitab mereka ke dalam api dan hangus terbakar kitab-kitab itu, menunjukkan jalan yang dilalui penganutnya adalah sesat. Giliran Syeh Abdul Kade dan Syeh Abdurrauf melemparkan kitab mereka. Kedua tidak melemparkan kitab apa-apa, hanya melemparkan kitab Al-Qur’an ke dalam api dan tidak terbakar.
Karena merasa kalah, maka larilah Manshur Al-Fansuri dan Syamtra et ke luar negeri. Konon, Manshur Al-Fansuri lari ke Seunagan dan Syamtra et lari ke Negeri Malaya.
Adapun Syeh Abdul Kade dan Syeh Abdurrauf kemudian melanjutkan perjalanan mereka ke Pasee Perlak lalu ke Padang, kemudian ke Malaka dan terakhir sampailah mereka ke Pulau Jawa. Sepanjang perjalanan bertambah-tambahlah anggota mereka hingga mencapai Sembilan orang. Lalu Sembilan orang ini sampailah di Negeri Jawa menjadi Sembilan wali atau dalam bahasa Jawa, Wali Songo.
Tutur seorang kakek tua yang mengaku sebagai murid Syeh Awe Geutah…

No comments:

Post a Comment