Ahmad Tafsir dalam Filsafat Ilmu menuliskan
bahwa untuk dapat mengetahui kegunaan filsafat, kita dapat memulainya dengan
melihat filsafat sebagai tiga hal, pertama filsafat sebagai kumpulan
teori filsafat, kedua filsafat sebagai metode pemecahana masalah dan ketiga
filsafat sebagai pandangan hidup (philosophy of life).[1]
Yang amat penting juga misalnya adalah filsafat
sebagai Metodologi yaitu sebagai cara memecahkan masalah yang dihadapi. Disini
filsafat digunakan sebagai cara atau model pemacahan masalah secara mendalam
dan universal. Filsafat selalu mencari sebab terakhir dan dari sudut pandang
seluas-luasnya.[3]
Sesuai dengan ciri-cirinya, filsafat berusaha mencari pemecahan secara luas dan
mendalam sehingga permasalahan dapat ditangani secara tepat.
Filsafat sebagai pandangan hidup (philosophy
of life) juga berguna untuk mengendalikan segala tingkah laku dari hal-hal
yang menyimpang dari kebenaran. Dalam filsafat dikenal ilmu etika dan estetika.
Dengan filsafat sebagai pandangan hidup, seseorang dapat menerima prilaku dan
tindakan-tindakan yang benar karena sesuai dengan logika yang ia anut.
Begitupun dengan filsafat, orang mencintai kesenian sebagai bagian dari
keindahan karena sesuai dengan prinsip-prinsip estetika yang biasanya juga
bersifat rasional.
Filsafat sebagai philosophy of life sama
dengan agama, dalam hal sama-sama mempengaruhi sikap dan tindakan penganutnya.
Bila agama berasal dari Tuhan atau dari langit, maka filsafat (sebagai
pandangan hidup) berasal dari pemikiran manusia.[4]
Ahmad Tafsir dalam Filsafat Ilmu menuliskan
bahwa untuk dapat mengetahui kegunaan filsafat, kita dapat memulainya dengan
melihat filsafat sebagai tiga hal, pertama filsafat sebagai kumpulan
teori filsafat, kedua filsafat sebagai metode pemecahana masalah dan ketiga
filsafat sebagai pandangan hidup (philosophy of life).[5]
Filsafat,
oleh Will Durrant diibaratkan diibaratkan pasukan mariner yang merebut pantiai
untuk mendaratkan pasukan infanteri. Pasukan infanteri ini adalah sebagai
pengetahuan yang diantaranya adalah ilmu. Filsafatlah yang memenangkan tempat
berpijak bagi kegiatan keilmuan. Setelah itu ilmulah yang merambah gunung dan
membelah hutan, menyempurnakan kemenangan ini menjadi pengetahuan yang dapat
diandalkan.[6]
Filsafat akan menyediakan lahan yang dapat ditanami oleh keilmuan-keilmuan
lain, menghasilkan berbagai metode, paradigm dan batasan-batasan hingga bidang
keilmuan lainnya menjadi fokus, terarah, berkembang dan tidak terlalu tumpah
tindih.
[1]
Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu..hal 89.
[2]
Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu..hal 89.
[3]
Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu; Remaja Rosda Karya, Bandung, 2013, hal
90.
[4]
Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu..hal 90.
[5]
Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu..hal 89.
[6]
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer, Pustaka
Sinar Harapan, Jakarta, hal 24.
No comments:
Post a Comment