Dalam memaknai Perang Palestina, kita harus melampaui narasi Agama karena tidak banyak orang di dunia ini yang bersimpati pada isu Agama. Perang Palestina harus dimakna sebagai narasi penindasan, pelanggaran hak-hak kemanusiaan dan merampas kemerdekaan suatu Bangsa. Kita harus bersama-sama meyakinkan dunia, bahwa tidak boleh ada lagi kekerasan atas manusia dimanapun dan kapanpun. Bahwa tidak boleh ada lagi pelanggaran atas hak-hak dan kemerdekaan suatu bangsa, dimanapun dan kapanpun. Bahwa tidak boleh ada lagi penindasan kepada manusia, apapun agamanya, dimanapun dan kapanpun.
![]() |
Bendera Palestina |
Karena sejatinya bumi ini adalah tempat kita berpijak, bersama-sama. Tentu wajib bagi setiap kita untuk menjaga pijakan itu bersama-sama pula. Kita harus yakin, bahwa kehidupan manusia di dunia ini sudah terjalin, berkelindan begitu erat. Tidak ada lagi Timur dan Barat. Tidak ada lagi Darul Islam dan Darul Harbi. Tidak ada lagi tanah terlarang atau tanah yang dijanjikan. Yang ada hanyalah tanah cinta, tanah kemerdekaan, tanah penghormatan atas hak-hak manusia, siapapun ia, dimanapun ia dan apapun agamanya.
Kita harus yakinkan dunia, bahwa tidak ada kebahagiaan diatas penderitaan orang lain. Tidak ada kebanggaan dari prilaku menindas dan tirani. Tidak ada kehormatan dari prilaku amoral, curang dan korupsi. Dan tidak ada keabadian yang dapat diperoleh dari permusuhan kecuali ketidaknyamanan, rasa takut dan penyesalan.
Jika kita ingin bahagia di dunia yang bercampur aduk ini, saatnya nomor-duakan sekat primordial dan kembali kepada semangat bersama. Cinta, Penghormatan, Kasih Sayang, Penghargaan, Kemerdekaan dan Gotong-Royong.Mari kita tolak segala bentuk penjajahan dan kekerasan. Mari kampanyekan kemerdekaan dan kedamaian...
No comments:
Post a Comment