Oleh Intelektual yang Sakit (Ramli Cibro)
Kajhu, 8 Maret 2016
Intelektual yang sakit bukan
bercerita tentang derita sakit yang diterima oleh seorang intelektual.
Intelektual yang Sakit Adalah sebuah paradigma, cara melihat atau cara berfikir
ala orang sakit dan melihat dari sisi-sisi dan prespektif 'sakit.' Jika Selama
ini intelektualitas senantiasa difahami dengan nuansa rigid, borjuis dan mewah.
Kaum intelektual digambarkan sebagai orang-orang dengan kesehatan jiwa yang
mumpuni dan kejernihan berfikir yang luar biasa, plus kesolehan indifidu yang
serak-serak basah. Namun kali ini, ketika intelektualitas dapat dicoba maknai
sebagai pengembaraan menempuh derita dan memumat kegilaan. Merangsak
hutan-hutan berduri yang hanya sesekali menyuguhkan weweangian getah dan
buah-buah sepat dan kelat namun masih dapat ditelan untuk pengganjal perut
selama perjalanan.
Intelektual yang sakit adalah jalan
berliku tapi jujur, bercerita apa adanya tentang nenek tua yang menggosok-gosok
bibirnya dengan irisan tembakau, dan membiarkan lendir mengalir tanpa perlu ia
seka, sebagai sebuah kebenaran.
Namun mengapa sebagian kaum marginal
kelas "intelektual sakit" masih suka bunuh diri masuk ke dalam hutan
rimba intelektualitas versi sakit? Mungkin karena mereka tidak mempunyai
pekerjaan yang lain, atau mungkin karena mereka memang gagal bergabung dengan
kaum elit, dan kopi espresso yang paling murah dan murahan saja harganya 10.000
segelas pancung itu…
Ah... tetunduh co...
No comments:
Post a Comment