Monday, 27 March 2017

KURBAN MENURUT MAZHAB FREUDIAN



... 
Oleh Ramli Cibro
Freud pernah membuat sebuah Teori yang sangat mengejutkan dan berbeda dengan pandangan umum. Freud menuliskan bahwa Musa (salah satu tokoh inti dalam Bangsa Yahudi) sebenarnya bukanlah keturunan Yahudi. Menurut Freud ia adalah bangsa Mesir (Sesuai dengan namanya Musa yang memang diambil dari bahasa Mesir yang artinya ‘anak’). Oleh karena itu, wajar ketika ia menyampaikan risalah dan pembebasan kepada kaum Yahudi yang tertindas ia membutuhkan Harun sebagai penerjemah yang memang berasal dari bangsa Yahudi Asli.
Dalam kebanyakan mitos diyakini bahwa pahlawan selalu berasal dari bangsawan yang diusir oleh sang Ayah karena dianggap mengancam kedudukannya. Hal yang sama berlaku pada Musa yang bangkit menentang hegimoni sang ayah (Fir’aun) dan mengobarkan pemberontakan melawan bangsanya sendiri.

Setelah bangsa Yahudi berhasil lolos dari tentara Fir’aun mereka kemudian membunuh Musa karena dianggap bukan dari golongan mereka. Dikemudian hari mereka kemudian menyesali perbuatannya itu dan mengorbankan Mesiah (namanya mirip dengan Musa) yang mengaku sebagai anak Tuhan (Dianggap Freud sebagai anak Musa). Apa yang dilakukan oleh bangsa Yahudi yang mengadukan Mesiah kepada Raja Romawi tak lain adalah perwujudan rasa benci dan rasa bersalah sekaligus. Mereka benci kepada Mesiah karena risalah-risalahnya, namun disisi lain mereka merasa bersalah kepada Tuhan pertama (Musa) dan mencoba mengorbankan Mesiah untuk ‘menebus’ dosa tersebut.
Dalam tradisi-tradisi pagan lama dikenal prosesi pengorbanan untuk menghormati sang Ayah. Bahkan dalam beberapa masyarakat pagan diketahui bahwa para anak kemudian mengorbankan istri ayah (sang ibu) ketika bersama prosesi pemakaman sang ayah karena khawatir mereka akan tertarik untuk merebutnya dan menimbulkan perasaan berdosa.
Tradisi Kurban dalam dunia Islam tentu berangkat dari ‘janji’ Ibrahim kepada Tuhan bahwa jika ia kelak mendapatkan putra maka putra itupun akan dikorbankan. Hal yang sama juga sebenarnya berlaku pada janji Tsa’labah dalam beberapa riwayat bahwa jika ia memiliki harta ia akan semakin taat kepada Muhammad. 
Kedua kosep ini tentu berbeda satu sama lain,,, dalam prespektif Freud, korban adalah bentuk dari penebusan rasa bersalah (seperti berkorban sejumlah uang untuk menebus dosa) namun dalam prespektifi ini berkorban adalah ‘melepaskan janji,’ yang terlanjur diucapkan.
Kedua hal ini memiliki kesamaan yaitu sama-sama ‘membebaskan diri.’ Pertama membebaskan diri dari perasaan bersalah dan kedua membebaskan diri dari ‘janji.’ Ketika ia gagal menebas putranya, Ibrahim kemudian mensublimasi janjinya dengan mengorbankan Domba. Dan sampai kapanpun menukar anak dengan domba tidak akan pernah cukup,,, mungkin itulah sebabnya mengapa orang harus berkurban setiap tahun.

No comments:

Post a Comment