...
Freud pernah membuat sebuah Teori yang sangat mengejutkan dan berbeda dengan
pandangan umum. Freud menuliskan bahwa Musa (salah satu tokoh inti dalam Bangsa
Yahudi) sebenarnya bukanlah keturunan Yahudi. Menurut Freud ia adalah bangsa
Mesir (Sesuai dengan namanya Musa yang memang diambil dari bahasa Mesir yang
artinya ‘anak’). Oleh karena itu, wajar ketika ia menyampaikan risalah dan
pembebasan kepada kaum Yahudi yang tertindas ia membutuhkan Harun sebagai
penerjemah yang memang berasal dari bangsa Yahudi Asli.
Dalam kebanyakan mitos
diyakini bahwa pahlawan selalu berasal dari bangsawan yang diusir oleh sang
Ayah karena dianggap mengancam kedudukannya. Hal yang sama berlaku pada Musa
yang bangkit menentang hegimoni sang ayah (Fir’aun) dan mengobarkan
pemberontakan melawan bangsanya sendiri.
Setelah bangsa Yahudi
berhasil lolos dari tentara Fir’aun mereka kemudian membunuh Musa karena
dianggap bukan dari golongan mereka. Dikemudian hari mereka kemudian menyesali
perbuatannya itu dan mengorbankan Mesiah (namanya mirip dengan Musa) yang
mengaku sebagai anak Tuhan (Dianggap Freud sebagai anak Musa). Apa yang
dilakukan oleh bangsa Yahudi yang mengadukan Mesiah kepada Raja Romawi tak lain
adalah perwujudan rasa benci dan rasa bersalah sekaligus. Mereka benci kepada
Mesiah karena risalah-risalahnya, namun disisi lain mereka merasa bersalah
kepada Tuhan pertama (Musa) dan mencoba mengorbankan Mesiah untuk ‘menebus’
dosa tersebut.
Dalam tradisi-tradisi pagan
lama dikenal prosesi pengorbanan untuk menghormati sang Ayah. Bahkan dalam
beberapa masyarakat pagan diketahui bahwa para anak kemudian mengorbankan istri
ayah (sang ibu) ketika bersama prosesi pemakaman sang ayah karena khawatir
mereka akan tertarik untuk merebutnya dan menimbulkan perasaan berdosa.
Tradisi Kurban dalam dunia
Islam tentu berangkat dari ‘janji’ Ibrahim kepada Tuhan bahwa jika ia kelak
mendapatkan putra maka putra itupun akan dikorbankan. Hal yang sama juga
sebenarnya berlaku pada janji Tsa’labah dalam beberapa riwayat bahwa jika ia
memiliki harta ia akan semakin taat kepada Muhammad.
Kedua kosep ini tentu
berbeda satu sama lain,,, dalam prespektif Freud, korban adalah bentuk dari
penebusan rasa bersalah (seperti berkorban sejumlah uang untuk menebus dosa)
namun dalam prespektifi ini berkorban adalah ‘melepaskan janji,’ yang terlanjur
diucapkan.
Kedua hal ini memiliki
kesamaan yaitu sama-sama ‘membebaskan diri.’ Pertama membebaskan diri dari
perasaan bersalah dan kedua membebaskan diri dari ‘janji.’ Ketika ia gagal
menebas putranya, Ibrahim kemudian mensublimasi janjinya dengan mengorbankan
Domba. Dan sampai kapanpun menukar anak dengan domba tidak akan pernah cukup,,,
mungkin itulah sebabnya mengapa orang harus berkurban setiap tahun.
No comments:
Post a Comment